Minggu, 04 Maret 2012

Resolusi 2012, Apa Resolusimu Jika kau Mati

Kemarin pagi aku mendapat sms dari seorang teman, ” Ayo tilawah,biar semangat hari nya”, dibarengi tanda senyum dibelakanganya. Waktu itu jam menunjukan pukul 04.15 pagi, suasana masih sangat lenggang, dan aku pun mengalami pertengakaran diri, antara meneruskan aktivitas atau tidur kembali setelah sholat subuh. Kulirik rak disamping ku, kulihat jajaran buku yang begitu rapi, dan di sebelah tengahnya, mushaf Quran lengkap dengan terjemahannya.  Hati ini masih terus menimbang tilawah ndak ya, atau cukup baca dzikir pagi saja, tilawah ndak ya,kan jadwal tilawah nya malam….terus menerus berulang, dan akhirnya aku memilih cukup baca dzikir saja. dan setelah itu aku hanya menyalakan televisi untuk melihat lihat berita. Sambil sesekali membaca buku yang memang harus dihabiskan di bulan ini.

Di malamnya, tiba tiba ada sms mendadak, ada teman kuliah dari jakarta yang datang ke semarang,   maka kami pun ngumpul bersama dan berbicara banyak hal. tak terasa  sampai pukul 9 malam, akhirnya  aku pulang dan sampai di kamar kost pun rasanya badan sudah pegal luar biasa, kantuk begitu mendera , akhirnya aku hanya sempat sholat isya danmushaf itu sama sekali akhirnya tak terjamah.
Sering kali kita membuat banyak agenda untuk diri kita , mengenai kehidupan kita , kedepannya mau seperti apa, dan bagaimana menjalaninya, apa tahapan yang harus dicapai. Di umur sekian kita harus melakukan apa, lalu diumur sekian kita akan mencapai apa. tetapi sayangnya kita lupa bahwa umur itu rahasia dari sang pemilik Nyawa. Bisa jadi kita membuat rencana hingga umur 65 tahun, tapi bisa jadi juga di umur 30 tahun ternyata kita harus meninggalkan dunia. Lalu bagaimanakah rencana setelah mati?
Kejadian di hari itu seringkali berulang di kehidupan saya, dimana sebenaranya banyak sekali waktu kosong yang mana saya bisa banyak melakukan pengisian ruhiyah, tetapi saya terpacu pada jadwal, dan ketika harus ada kegiatan mendadak yang tidak bisa ditinggal, maka pengisian ruhiyah itu menjadi terkorbankan. Dan rasanya pun menjadi biasa saja.
Saya pernah ingat dalam suatu kajian dimanakah letak kenikmatan ketika kita beribadah , ketika ibadah itu hanya menjadi rutinitas. Maka jawab Sang Ustadz adalah, ketika kita tidak melakukannya maka diri merasa menyesal dan ada sesuat yang hilang, dan menjadi pikiran selama berhari hari itu. Disitulah kita bisa merasakan nikmat. Lalu bagaimna agar kita bisa menuju ke sana? Sang ustadz ini pun menjawab, bahwa pada dasarnya ibadah itu diawalnya memang karena dipaksa, walaupun itu menjadi kebutuhan kita. tetapi pada dasarnya manusia memang memiliki sifat untuk jauh dari kebaikan, maka untuk itulah dipaksa diawal, dan lama lama akan menjadi kebiasaan, lalu dari kebiasaan akan menjadi suatu kebutuhan.
Seorang teman saya bahkan melakukan beberapa hal untuk memaksakan dirinya, dia meminta tolong kepada orang yang diseganinya untuk menanyakan setiap hari dengan pertanyaan yanga berbeda. Apakah sudah satu juz tilawahnya hari ini, atau apakah tadi malam sudah tahajud, atau apakah hari ini sudah dhuha, atau apakah sudah sedekah hari ini, atau apakah sholatmu sudah di awal waktu. Hal ini sama dengan Rasul ketika memberika pendidikan kepada para sahabatnya, dengan menanyakan hal yang berbeda di tiap hari, di hari pertama beliau menanyakan Siapakah yang sholatnya tepat waktu, maka para sahabatpun keesokan harinya melakukan sholat tepat waktu, dan ternyata keesokan harinya pertanyakan Rasulullah berbeda siapakah yang pagi tadi sudah tilawah minimal satu juz, dan keesoka harinya para sahabat melakukan sholat tepat waktu dan tilawah, tetapi ternyata pertanyaan rasul berbeda lagi. Dan dari semua pertanyaan itu Abu Bakar lah yang selalu bisa menjawab, “saya ya Rasul”.
Kembali ke sahabat saya tadi, maka sahabat saya pun melakukan hal yang sama, temanya yang diseganinya itu terus menanyakan kepadanya, maka agar dia tidak malu dia melakukannya, setelah berselang satu bulan, dan temannya sudah jarang bertanya tiap hari, teman saya merasakan itu sudah menjadi kebiasaan, dan di bulan bulan selanjutnya dia merasakan kalau dia merasakan kebutuhan, ada yang hilang dalam hidupnya jika dia tidak melakukannya. Teman saya melakukan banyak hal ini adalah sebagai persiapan ketika tanpa disangka sangka malaikat pencabut nyawa datang menghampirinya, dan menyampaikan salam. Maka dia akan merasa siap dengan itu semua.
Keesokan harinya saya berbincang bincang dengan dengan beberapa sahabat saya lainnya, dia baru saja menyelesaikan tahapan tahapan yang ingin dicapai dalam hidupnya, ada enam sisi yang ingin dicapai, kebetulan sahabat saya ini seorang enterpreneur, dan kedepannya dia ingin bisa banyak bermanfaat bagi calon calon enterpreneur. Adalagi yang ingin ketika nanti sudah kaya dia ingin mendirikan panti asuhan dan sebagainya, di tahun ini ingin mencapai ini, di tahun itu ingin mencapai itu. Maka ada salah satu yang nyeletuk, “lah kalau ternyata besok meninggal, terus gimana, kita belum berbuat apa apa, masih sebatas rencana renacana kebaikan. Kenapa tidak dimulai dari sekarang sebiasanya apa, kenapa harus menunggu nanti”. Ha ha ha. saya hanya tertawa mendengarnya, benar juga, kita banyak disibukan dengan merencakan kebaikan jika nanti sudah ….jika nanti sudah…, tetapi lupa, bahwa umur tak pernah ada yang tahu kapan akan berakhirnya.
Lalu bagaimana dengan kita, apa saja yang sudah kita rencanakan untuk kehidupan kita setelah mati, banyak yang melakukan resolusi untuk kehidupan kita di awal tahun 2012 masehi ini, Tetapi jarang sekali yang membuat resolusi untuk mempersiapkan apakah di tahun 2012 ini nantinya kita akan menghadapNYa. Karena sesal di dunia masih bisa diperbaiki sedang sesal di akhirat nanti takan pernah bisa kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar