Kemarin pagi aku mendapat sms dari
seorang teman, ” Ayo tilawah,biar semangat hari nya”, dibarengi tanda
senyum dibelakanganya. Waktu itu jam menunjukan pukul 04.15 pagi,
suasana masih sangat lenggang, dan aku pun mengalami pertengakaran diri,
antara meneruskan aktivitas atau tidur kembali setelah sholat subuh.
Kulirik rak disamping ku, kulihat jajaran buku yang begitu rapi, dan di
sebelah tengahnya, mushaf Quran lengkap dengan terjemahannya. Hati ini
masih terus menimbang tilawah ndak ya, atau cukup baca dzikir pagi saja,
tilawah ndak ya,kan jadwal tilawah nya malam….terus menerus berulang,
dan akhirnya aku memilih cukup baca dzikir saja. dan setelah itu aku
hanya menyalakan televisi untuk melihat lihat berita. Sambil sesekali
membaca buku yang memang harus dihabiskan di bulan ini.
Di malamnya, tiba tiba ada sms mendadak,
ada teman kuliah dari jakarta yang datang ke semarang, maka kami pun
ngumpul bersama dan berbicara banyak hal. tak terasa sampai pukul 9
malam, akhirnya aku pulang dan sampai di kamar kost pun rasanya badan
sudah pegal luar biasa, kantuk begitu mendera , akhirnya aku hanya
sempat sholat isya danmushaf itu sama sekali akhirnya tak terjamah.
Sering kali kita membuat banyak agenda
untuk diri kita , mengenai kehidupan kita , kedepannya mau seperti apa,
dan bagaimana menjalaninya, apa tahapan yang harus dicapai. Di umur
sekian kita harus melakukan apa, lalu diumur sekian kita akan mencapai
apa. tetapi sayangnya kita lupa bahwa umur itu rahasia dari sang pemilik
Nyawa. Bisa jadi kita membuat rencana hingga umur 65 tahun, tapi bisa
jadi juga di umur 30 tahun ternyata kita harus meninggalkan dunia. Lalu
bagaimanakah rencana setelah mati?
Kejadian di hari itu seringkali berulang
di kehidupan saya, dimana sebenaranya banyak sekali waktu kosong yang
mana saya bisa banyak melakukan pengisian ruhiyah, tetapi saya terpacu
pada jadwal, dan ketika harus ada kegiatan mendadak yang tidak bisa
ditinggal, maka pengisian ruhiyah itu menjadi terkorbankan. Dan rasanya
pun menjadi biasa saja.
Saya pernah ingat dalam suatu kajian
dimanakah letak kenikmatan ketika kita beribadah , ketika ibadah itu
hanya menjadi rutinitas. Maka jawab Sang Ustadz adalah, ketika kita
tidak melakukannya maka diri merasa menyesal dan ada sesuat yang hilang,
dan menjadi pikiran selama berhari hari itu. Disitulah kita bisa
merasakan nikmat. Lalu bagaimna agar kita bisa menuju ke sana? Sang
ustadz ini pun menjawab, bahwa pada dasarnya ibadah itu diawalnya memang
karena dipaksa, walaupun itu menjadi kebutuhan kita. tetapi pada
dasarnya manusia memang memiliki sifat untuk jauh dari kebaikan, maka
untuk itulah dipaksa diawal, dan lama lama akan menjadi kebiasaan, lalu
dari kebiasaan akan menjadi suatu kebutuhan.
Seorang teman saya bahkan melakukan
beberapa hal untuk memaksakan dirinya, dia meminta tolong kepada orang
yang diseganinya untuk menanyakan setiap hari dengan pertanyaan yanga
berbeda. Apakah sudah satu juz tilawahnya hari ini, atau apakah tadi
malam sudah tahajud, atau apakah hari ini sudah dhuha, atau apakah sudah
sedekah hari ini, atau apakah sholatmu sudah di awal waktu. Hal ini
sama dengan Rasul ketika memberika pendidikan kepada para sahabatnya,
dengan menanyakan hal yang berbeda di tiap hari, di hari pertama beliau
menanyakan Siapakah yang sholatnya tepat waktu, maka para sahabatpun
keesokan harinya melakukan sholat tepat waktu, dan ternyata keesokan
harinya pertanyakan Rasulullah berbeda siapakah yang pagi tadi sudah
tilawah minimal satu juz, dan keesoka harinya para sahabat melakukan
sholat tepat waktu dan tilawah, tetapi ternyata pertanyaan rasul berbeda
lagi. Dan dari semua pertanyaan itu Abu Bakar lah yang selalu bisa
menjawab, “saya ya Rasul”.
Kembali ke sahabat saya tadi, maka
sahabat saya pun melakukan hal yang sama, temanya yang diseganinya itu
terus menanyakan kepadanya, maka agar dia tidak malu dia melakukannya,
setelah berselang satu bulan, dan temannya sudah jarang bertanya tiap
hari, teman saya merasakan itu sudah menjadi kebiasaan, dan di bulan
bulan selanjutnya dia merasakan kalau dia merasakan kebutuhan, ada yang
hilang dalam hidupnya jika dia tidak melakukannya. Teman saya melakukan
banyak hal ini adalah sebagai persiapan ketika tanpa disangka sangka
malaikat pencabut nyawa datang menghampirinya, dan menyampaikan salam.
Maka dia akan merasa siap dengan itu semua.
Keesokan harinya saya berbincang bincang
dengan dengan beberapa sahabat saya lainnya, dia baru saja
menyelesaikan tahapan tahapan yang ingin dicapai dalam hidupnya, ada
enam sisi yang ingin dicapai, kebetulan sahabat saya ini seorang
enterpreneur, dan kedepannya dia ingin bisa banyak bermanfaat bagi calon
calon enterpreneur. Adalagi yang ingin ketika nanti sudah kaya dia
ingin mendirikan panti asuhan dan sebagainya, di tahun ini ingin
mencapai ini, di tahun itu ingin mencapai itu. Maka ada salah satu yang
nyeletuk, “lah kalau ternyata besok meninggal, terus gimana, kita belum
berbuat apa apa, masih sebatas rencana renacana kebaikan. Kenapa tidak
dimulai dari sekarang sebiasanya apa, kenapa harus menunggu nanti”. Ha
ha ha. saya hanya tertawa mendengarnya, benar juga, kita banyak
disibukan dengan merencakan kebaikan jika nanti sudah ….jika nanti
sudah…, tetapi lupa, bahwa umur tak pernah ada yang tahu kapan akan
berakhirnya.
Lalu bagaimana dengan kita, apa saja
yang sudah kita rencanakan untuk kehidupan kita setelah mati, banyak
yang melakukan resolusi untuk kehidupan kita di awal tahun 2012 masehi
ini, Tetapi jarang sekali yang membuat resolusi untuk mempersiapkan
apakah di tahun 2012 ini nantinya kita akan menghadapNYa. Karena sesal
di dunia masih bisa diperbaiki sedang sesal di akhirat nanti takan
pernah bisa kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar