Selasa, 12 Agustus 2014

Habisnya Kyai kami



Beberapa tahun Lalu kami mendengarnya
Kau meningal dalam tugas
Ah Pak Kyai engkau menjadi salah satu anggota dewan terhormat di Senayan
Tatkala dirimu dilantik, dirimu hanya mengunakan stelan jas seharga 60 ribu
Tatkala kau menuju kantormu, dirimu hanya menggunakan angkutan umum
Karena memang kau tak punya mobil
Walau tak terdengar ramai di media
Bahkan ketika mengisi pengajian pengajian kau tak mau memberati Sang pengundang
Kau datang sendiri, walau harus menggunakan angkutan umum ratusan kilo jaraknya


Beberapa hari setelah lebaran haji tahun lalu, Kyai kami meninggal
Kyai yang terkenal santun dan ramah
Kyai yang sampai saat ini saya mengenangnya dengan ucapan Bismillah
Kyai yang jika datang ke rumah penuh dengan keakraban
Meninggalnyapun pada saat silaturahmi ke rumah salah satu muridnya
tatkala bercengkrama dengan anak anak muridnya
Sang Kyai terkulai kepalanya
Dan sudah meninggal saja, tanpa merasakan payah terlebih dahulu
Tak terliat di wajahnya kepayahan pada waktu sakaratul maut
Padahal tatkala nyawa dicabut dari ujung kaki ke ubun ubun
Sakitnya luar biasa

Beberapa Bulan setelah itu. saya mendengar kabar kembali
Kyai santun yang terkenal di Nusantara meninggal
Kyai yang rumahnya biasa saja
padahal menduduki jabatan jabatan besar
pondok pesantrennya besar luar biasa
meninggalnya pun juga penuh lantunan dzikir dari mulutnya

Kemudian beberapa bulan setelah itu
aku mendengar kabar lainnya
satu lagi seorang Kyai
yang biasa juga
tetapi ilmunya luar biasa
santunnya luar biasa

dan kemudian lagi
aku membaca berita lainnya
Seorang Kyai
Yang suka juga bersilaturahmi ke muridnya
Hanya untuk melihat apakah semuanya sehat sehat selalu
Bahkan ketika datang kepagian
tak berani mengetuk pintu rumah muridnya
karena takut menganggu istirahat muridnya

Dan seminggu lalu
tatkala baru lima hari balik ke jakarta
kudengar kabar
Seorang Kyai yang meninggal
Rujukan bacaan kitabnya, kabarnya adalah yang terbaik di kabupaten kami
Cara memberikan ilmu juga enak didengarkan

Ah Pak Kyai
Apakah karena selama ini kami sudah tak lagi mendengarkanmu
Apakah selama ini kami tak lagi mendengarkan petuahmu
Apakah selama ini kami tak lagi menurut apa katamu
Hingga kadang di hati kami keluar tuduhan tuduhan keji
Menjual agama

Ah Pak kyai
Apakah karena selama ini kami hanya menjadikanmu sakralitas saja
APakah selama ini kami hanya menjadikanmu simbolik saja
Dihadirkan hanya untuk pengajian ketika mau naik haji
Dihhadirkan hanya untuk pengajian ketika ada syukuran
Dihadirkan  hanya untuk pembacaan doa di awal dan akhir acara
Dihadirkan hanya untuk mengimami kami di masjid
Dihadirkan hanya untuk menikahkan kami
Dihadirkan hanya untuk mengisi acara acara keagamaan


Ah Pak Kyai
Apa karena kami sudah mengkotak kotakan dunia dan akhirat
Untuk akhirat Pak Kyai yang bicara
sedang masalah dunia, kami punya logika
Padahal kau katakan, tak bisa dunia dipisahkan dari akhirat
Karena akhirat adalah hasil dari dunia
Bahkan sampai mau makan dan sampai membuang hasil yang dimakan
Semua ada petunjuknya
Sampai mau tidur sampai mau tidur lagi semua pun ada petunjuknya
Dan itu untuk kebaikan kami
Tapi kadang kami merasa  lebih pintar sendiri dari Sang Pembuat otak kami
Hingga kami men-Tuhankan logika kami
Hingga kami akhirnya tak membutuhkan Pak Kyai untuk menerangkan kitab kepada kami
Cukup kami yang membaca sendiri, toh ada terjemahannya
Cukup kami yang menerangkannya sendiri untuk kami
Cukup kami yang membacanya sendiri
Toh banyak buku buku yang bertebaran

Ah Pak Kyai
apa karena sekarang kami lebih menyukai mereka yang mengaku Kyai
Asal sefikiran dengan logika kami
Atau
apa karena banyak dari kami yang mengaku Kyai
hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia kami

Ah Pak Kyai
Jika kau tak ada lagi
Bahkan untuk simbolik dan sakralitas saja
Tak pernah ada yang bisa mengganti


Catatan : Pak Kyai bisa juga Bu Nyai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar