Per 1 November ini saya pindah ke
ibukota Indonesia, Jakarta> hal yang tidak pernah saya cita citakan
dan tidak saya impikan serta hal yang selalu dihindari. Tetapi memang
begitulah takdir, maka kita harus senantiasa berhati hati dengan kata
kata, agar kata kata itu tidak membalik ke kita.
Dan per 1 November 2012 ini lah hal yang saya dengungkan itu terjadilah, hari itu saya resmi menjadi penduduk migran di Jakarta.
Dengan tempat kerja di daerah Kemang
jakarta Selatan, sedangkan tempat tinggal sementara di daerah Sunter
jakarta Utara akhirnya saya merasakan benar, apa yang selama ini saya
hindari. Melihat seluruh carut marut Jakarta menjadi santapan yang luar
biasa. Oh ini toh denyut nadi ibukota negara kita, denyut yang bisa
menggerakan orang berbuat apa saja.
Hari pertama berangkat kerja, harusnya
per tanggal 1 November, tetapi waktu itu per 31 Oktober saya sudah
mencoba berangkat ke kantor dengan menggunakan kendaraan umum,
Transjakarta, Naik dari shutle cempaka emas, oper ke harmoni, lanjut ke
blok M dan dilanjut naik kopaja jurusan 605 A, tetapi saya lebih suka
naik ojek, taksi, ataupun bajay. Hal ini dikarenakan kopaja 605A adalah
barang yang sangat langka dengan pengemarnya yang sangat banyak. Dari
percaobaan hari pertama itu saya mengukur waktu tempuh sekitar satu jam
setengah, lebih lama 30 menit dibandingkan naik taksi. Tetapi secara
kantong menjadi lebih aman. Namanya juga kerjacari uang , maka harus
diitung benar biar ndak tekor, biar ndak terkena gesek menggesek he he
he
Dan pagi harinya per 1 November 2012
inilah saya benar benar merasakan menjadi penduduk migran jakarta.
Dimana berangkat pagi dan sampai rumah kembali malam. Dengan percobaan
waktu sebelumnya maka maksimal jam 06.00 saya sudah harus keluar dari
rumah agar tidak terlambat sampai kantor. Terlambat sedikit saja
akibatnya bisa fatal, Shuttle Harmoni membuat saya bergidik ngeri, dan
memanjatkan istighfar berkali kali. Manusia berbeda jenis bercampur blek
jadi satu saling berdesak desakan. Maka disinilah saya baru tahu,
rawannya pelecehan baik bagi kaum wanita ataupun laki laki. Belum lagi
nanti di dalam bis. Bersyukur sekarang bagian depan di kususkan untuk
wanita, jadi setiap masuk saya langsung menuju depan. Di dalam
transjakarta bisa jadi duduk bisa juga berdiri. Ha ha ha, saya jadi
inget salah satu survey di koran dulu dimana lengan perempuan jakarta
sebelah kiri atau sebelah kananya lebih besar dibandingkan satunya,
dikarenakan harus bergelantungan menjaga badannya agar tidak jatuh. Itu
bisa saya lakukan selama satu jam 30 menit… bayangkan bagaimana betis
wanita jakarta berbeda dengan betis priyayi solo he he.. dan akhirnya
Sampai kantor tepatlah sekitar jam 8 kurang sepuluh menit.
Pulang kerja tepat jam 04.30 tepat, saya
langsung menuju depan, naik transjakarta. Disinilah akhirnya saya
berdoa, bahwa apa yang disampaikan jokowi semoga saja benar adanya. Dari
shutle blok M saya masih bisa masuk, tetapi begitu sampai harmoni,
kadang saya harus antri satu jam untuk mendapatkan giliran masuk
transjakarta menuju pulo gadung. Dan sampainya dirumah tertebaklah .
Benar saya mendengar adzan magrib ketika masih di harmoni dalam keadaan
berdesak desakan mengantri untuk mendapatkan giliran masuk. Dan disini
saya masih melihat ratusan orang, selama jam magrib tersebut, saya
melihat ribuan mobil terkena macet, dan ratusan orang di pinggir jalan
menunggu mendapatkan bis yang dimaksudkan. Sampai di rumah pun tepatlah
saya jam 19.00 tepat ketika adzan isya dikumandangkan.Lalu bagaimanakah
juga dengan yang di mobil pribadi? susah juga bagi mereka untuk
menepikan kendaraan sekedar menunaikan sholat, tak perlu di masjid,
karena di jakarta susah mencari masjid di pinggir jalan. tapi dimanakah
mereka akan menepikan kendaraannya. Sedang jalan saja tak cukup lagi
menampung mereka.
Sehari kemudian saya harus mengikuti
pelatihan, dan pulangnya menginap di teman. Dari tempat pelatihan kita
pulang jam setengah lima , tepatnya dari Cikini menuju depok. Maka kami
memilih naik KRL comutter line jurusan bogor, dan kembali lagi, jam
magrib pun terlewat begitu saja di jalan. Mengapa tidak sholat di jalan?
Bagaimana mau sholat, berdiri di KRL pun kita tak usah berpegangan,
dikarenakan terlalu penuhnya manusia di dalam kereta, sehingga tak
mungkin kita melakukan sholat. Untuk dapat naik ke KRL pun sudah luar
biasa perjuangannya, kami harus menunggu 3 comuter line baru bisa
masuk. Bagaimana mau masuk , di dalam saja sudah sesak menghimpit
sampai ke pintu. Ya pantas saja orang orang masih bergelantungan di atas
Kereta, karena di dalam sana lebih longgar walau tak terjaga. Waktu di
dalam kereta, ada satu orang yang mau pingsan, waktu itu aku cuma
berpikir bagaimana menolongnya jika dia benar benar pingsan. bukankah
orang pingsan butuh banyak udara segar. Dan alhamdulillah tidak jadi
pingsan orangnya. Untuk turun saja luar biasa susah… tak terlukis kata
kata. Dan sampai dirumah pun kembali waktu menunjukan isya. Waktu di
kereta inilah saya sampai berdoa, Ya Allah jika benar jokowi berhasil
mengurai macet maka sungguh luar biasa pahalanya, insya allah saya pun
berkenan menjadi saksi kebaikannya nanti di yaumul hisab nanti. Tuh pak
jokowi.. luar biasa kan pahala yang di dapat kalau bisa mengurai macet
dan membuat orang tepat sampai ke rumah.
Senin Pagi saya berangkat lagi ke
kantor, kembali menaiki transjakarta, saya baru menyadari bagaimana
tidak macet jakarta ini, hampir 95 persen kendaraan yang ada di jalan
adalah kendaraan pribadi. Ada yang isinya cuma satu pelajar, ada yang
isinya cuma satu ibu, ada yang isinya, cuma satu bapak 2. Dan saya tetap
memaklumi karena tidak semua terangkut kendaraan umum.
Saya mulai menghitung , sehari berapa
jamkah waktu saya terbuang dijalan. Jika berangkat satu setengah jam
sampai dua jam , maka bolak balik saya memerlukan waktu sekitar3 sampai 4
jam. Satu hari ada 24 jam, berarti seperdelapan atau seperenam hidup
saya ada di jalanan. Belum lagi ketika hari sabrtu minggu saya ada
acara. benar benar luar biasa.
Maka saya menjadi teringat gambar di atas, dimana magrib kita dijalan, isya kecapaian, subuh kesiangan. Astaughfirullah….
Lalu bagaimanakah sekarang…
Alhamdulillah akhirnya saya sudah mendapatkan kos kosan di kemang juga…
jadi tak perlu takut lagi ketinggalan sholat. saya jadi teringat sms
seorang teman yang meninggalkan pekerjaannya gara gara kesulitan sholat,
dia merasa sangat tidak enak kepada Penciptanya ketika sholatnya
menjadi hancur lebur. Bahkan dia akhirnya bersedia kerja yang jauh dari
ketrampilannya, dimana dia bisa sholat mendekati sempurna. Waktu itu
saya tertawa miris, karena bbm nya saya baca pas saya magrib di jalan.
tetapi bagaimanakah dengan mereka yang
memang tidak punya kesempatan untuk mencari tempat tinggal dekat dengan
kantornya? doa saya adalah semoga segera Jokowi bisa mengurai kemacetan
hingga akhirnya sholat menjadi tak tertinggalkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar