Senin, 12 November 2012

Mengurai Macet.. Membuat Sholat Tepat di Awal Waktu


Per 1 November ini saya pindah ke ibukota Indonesia, Jakarta> hal yang tidak pernah saya cita citakan dan tidak saya impikan serta hal yang selalu dihindari. Tetapi memang begitulah takdir, maka kita harus senantiasa berhati hati dengan kata kata, agar kata kata itu tidak membalik ke kita.
Dan per 1 November 2012 ini lah hal yang saya dengungkan itu terjadilah, hari itu saya resmi menjadi penduduk migran di Jakarta.
Dengan tempat kerja di daerah Kemang jakarta Selatan, sedangkan tempat tinggal sementara di daerah Sunter jakarta Utara akhirnya saya merasakan benar,  apa yang selama ini saya hindari. Melihat seluruh carut marut Jakarta menjadi santapan yang luar biasa. Oh ini toh denyut nadi ibukota negara kita, denyut yang bisa menggerakan orang berbuat apa saja.
Hari pertama berangkat kerja, harusnya per tanggal 1 November, tetapi waktu itu per 31 Oktober saya sudah mencoba berangkat ke kantor dengan menggunakan kendaraan umum, Transjakarta, Naik dari shutle cempaka emas, oper ke harmoni, lanjut ke blok M dan dilanjut naik kopaja jurusan 605 A, tetapi saya lebih suka naik ojek, taksi, ataupun bajay. Hal ini dikarenakan kopaja 605A adalah barang yang sangat langka dengan pengemarnya yang sangat banyak. Dari percaobaan hari pertama itu saya mengukur waktu tempuh sekitar satu jam setengah, lebih lama 30 menit dibandingkan naik taksi. Tetapi secara kantong menjadi lebih aman. Namanya juga kerjacari uang ,  maka harus diitung benar biar ndak tekor, biar ndak terkena gesek menggesek he he he
Dan pagi harinya per 1 November 2012 inilah saya benar benar merasakan menjadi penduduk migran jakarta.  Dimana berangkat pagi dan sampai rumah kembali malam. Dengan percobaan waktu sebelumnya maka maksimal jam 06.00 saya sudah harus keluar dari rumah agar tidak terlambat sampai kantor. Terlambat sedikit saja akibatnya bisa fatal, Shuttle Harmoni membuat saya bergidik ngeri, dan memanjatkan istighfar berkali kali. Manusia berbeda jenis bercampur blek jadi satu saling berdesak desakan. Maka disinilah saya baru tahu, rawannya pelecehan baik bagi kaum wanita ataupun laki laki. Belum lagi nanti di dalam bis. Bersyukur sekarang bagian depan di kususkan untuk wanita, jadi setiap masuk saya langsung menuju depan.  Di dalam transjakarta bisa jadi duduk bisa juga berdiri.  Ha ha ha, saya jadi inget salah satu survey di koran dulu dimana lengan perempuan jakarta sebelah kiri atau sebelah kananya lebih besar dibandingkan satunya, dikarenakan harus bergelantungan menjaga badannya agar tidak jatuh. Itu bisa saya lakukan selama satu jam 30 menit… bayangkan bagaimana betis wanita jakarta berbeda dengan betis priyayi solo he he.. dan akhirnya  Sampai kantor tepatlah sekitar jam 8 kurang sepuluh menit.
Pulang kerja tepat jam 04.30 tepat, saya langsung menuju depan, naik transjakarta. Disinilah akhirnya saya berdoa, bahwa apa yang disampaikan jokowi semoga saja benar adanya. Dari shutle blok M saya masih bisa masuk, tetapi begitu sampai harmoni, kadang saya harus antri satu jam untuk mendapatkan giliran masuk transjakarta menuju pulo gadung. Dan sampainya dirumah tertebaklah . Benar saya mendengar adzan magrib ketika masih di harmoni dalam keadaan berdesak desakan mengantri untuk mendapatkan giliran masuk. Dan disini saya masih melihat ratusan orang, selama jam magrib tersebut, saya melihat ribuan mobil terkena macet, dan ratusan orang di pinggir jalan menunggu mendapatkan bis yang dimaksudkan. Sampai di rumah pun tepatlah saya jam 19.00 tepat ketika adzan isya dikumandangkan.Lalu bagaimanakah juga dengan yang di mobil pribadi? susah juga bagi mereka untuk menepikan kendaraan sekedar menunaikan sholat, tak perlu di masjid, karena di jakarta susah mencari masjid di pinggir jalan. tapi dimanakah mereka akan menepikan kendaraannya. Sedang jalan saja tak cukup lagi menampung mereka.
Sehari kemudian saya harus mengikuti pelatihan, dan pulangnya menginap di teman. Dari tempat pelatihan kita pulang jam setengah lima , tepatnya dari Cikini menuju depok. Maka kami memilih naik KRL comutter line jurusan bogor, dan kembali lagi, jam magrib pun terlewat begitu saja di jalan. Mengapa tidak sholat di jalan? Bagaimana mau sholat, berdiri di KRL pun kita tak usah berpegangan, dikarenakan terlalu penuhnya manusia di dalam kereta,  sehingga tak mungkin kita melakukan sholat. Untuk dapat naik ke KRL pun sudah luar biasa perjuangannya, kami harus menunggu 3 comuter line baru bisa masuk.  Bagaimana mau masuk , di dalam saja sudah sesak menghimpit sampai ke pintu. Ya pantas saja orang orang masih bergelantungan di atas Kereta, karena di dalam sana lebih longgar walau tak terjaga. Waktu di dalam kereta, ada satu orang yang mau pingsan, waktu itu aku cuma berpikir bagaimana menolongnya jika dia benar benar pingsan. bukankah orang pingsan butuh banyak udara segar. Dan alhamdulillah tidak jadi pingsan orangnya. Untuk turun saja luar biasa susah… tak terlukis kata kata.   Dan sampai dirumah pun kembali waktu menunjukan isya. Waktu di kereta inilah saya sampai berdoa, Ya Allah jika benar jokowi berhasil mengurai macet maka sungguh luar biasa pahalanya, insya allah saya pun berkenan menjadi saksi kebaikannya nanti di yaumul hisab nanti. Tuh pak jokowi.. luar biasa kan pahala yang di dapat kalau bisa mengurai macet dan membuat orang tepat sampai ke rumah.
Senin Pagi  saya berangkat lagi ke kantor, kembali menaiki transjakarta, saya baru menyadari bagaimana tidak macet jakarta ini, hampir 95 persen kendaraan yang ada di jalan adalah kendaraan pribadi. Ada yang isinya cuma satu pelajar, ada yang isinya cuma satu ibu, ada yang isinya, cuma satu bapak 2. Dan saya tetap memaklumi karena tidak semua terangkut kendaraan umum.
Saya mulai menghitung , sehari berapa jamkah waktu saya terbuang dijalan. Jika berangkat satu setengah jam sampai dua jam , maka bolak balik saya memerlukan waktu sekitar3 sampai 4 jam. Satu hari ada 24 jam, berarti seperdelapan atau seperenam hidup saya ada di jalanan. Belum lagi ketika hari sabrtu minggu saya ada acara. benar benar luar biasa.
Maka saya menjadi teringat gambar di atas, dimana magrib kita dijalan, isya kecapaian, subuh kesiangan. Astaughfirullah….
Lalu bagaimanakah sekarang…  Alhamdulillah akhirnya saya sudah mendapatkan kos kosan di kemang juga… jadi tak perlu takut lagi ketinggalan sholat. saya jadi teringat sms seorang teman yang meninggalkan pekerjaannya gara gara kesulitan sholat, dia merasa sangat tidak enak kepada Penciptanya ketika sholatnya menjadi hancur lebur. Bahkan dia akhirnya bersedia kerja yang jauh dari ketrampilannya, dimana dia bisa sholat mendekati sempurna. Waktu itu saya tertawa miris, karena bbm nya saya baca pas saya magrib di jalan.
tetapi bagaimanakah dengan mereka yang memang tidak punya kesempatan untuk mencari tempat tinggal dekat dengan kantornya? doa saya adalah semoga segera Jokowi bisa mengurai kemacetan hingga akhirnya sholat menjadi tak tertinggalkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar