Minggu, 04 Maret 2012

Pak SBY, Pak Bud, Pak Maryuki, PaK Nuh Tengoklah Kediaman Keluarga Ibu Siami

Pagi tadi kembali berita mengenai keluarga Siami masih menghiasi layar televisi nasional. Keluarga Ibu siami dikucilkan , dihujat, dan dimaki oleh kebanyakan tetangga tetangganya, dikarenakan kejujuran yang dia lakukan. Anaknya bersekolah di salah satu SD negeri di Surabaya. Kebetulan sang anak analah anak yang pintar dan mendapat ranking di kelasnya. sehingga oleh beberapa guru sang Anak, AI, di plot untuk memberikan contekan kepada teman temannya.

Ibu Siami baru mengetahui kasus contek massal it pun 4 hari setelah pelaksanaan UN, itupun diketahui dari beberapa wali murid teman AI, sedang Ai sendiri tidak pernah bercerita kepada ibunya. Ketika ditanya pun AI juga tidak segera mengaku, tetapi akhirnya AI mengaku , mengatakan bahwa 3 bulan sebelumnya, dia sudah diminta gurunya untuk memberikan contekan. Akhirnya Ibu Siami melaporkan ke kepala sekolah, dan jawaban kepala sekolah hanya minta maaf, karena tidak puas ibu siami melaporkan ke komite sekolah. tetapi jawaban juga tidak memuaskan, akhirnya Ibu Siami melaporkannya ke Dinas pendidikan dan beberapa media massa.
Karena pemberitaan di Media massa itulah, beberapa guru  terkena sanksi, Kepala sekolah dan dua gurunya dicopot dari jabatannya. Hal ini membuat masyarakat sekitar Siami marah, yang akhirnya melakukan demo ke rumah Siami. Sang anak AI pn diungsikan ke rumah neneknya. Masyarakat menuntut pengusiran kepada keluarga siami yang dianggap telah “sok pahlawan” dan memperburuk citra SD tersebut. Dan puncaknya justru Siami diusir dari kampung Halamannya.

Yang menjadi perhatian penulis adalah, proses pencaci makian masyarakat terhadap keluarga Siami dan akhirnya, berujung pada pengusiran keluarga Siami, ini hanya mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah saja. Padahal beritanya berhari hari disiarkan terus menerus oleh media nasional. Bahkan masyarakat sudah dijamin bahwa proses UN di Sd tersebut tidak akan diulang, toh masyarakat masih saja menuntut pengusiran kepada keluarga Siami.

Saya tidak membayangkan, bagaimana hari hari kedepan keluarga Siami yang harus terasing dari tanahnya sendiri, hidup bermasyarakat tetapi tidak memiliki tetangga, bersosial tetapi tidak punya wadahnya. lalu bagaimana juga dengan anaknya yang masih anak anak, tentu saja ketakutan akan terus membayanginya.
Saya jadi teringat, salah satu dosen saya, Bapk Firmansyah, waktu itu masih masuk semester satu, dan beliau mengajar ilmu statistik, pertama kali yang diucapkan adalah, ” Jangan menyontek, bagaimnapun nilai kalian akan tercantum di Ijazah, dan ijazah itu akn dipergunakan untuk mencari uang, untuk makn, memberi makan keluarga dan orang tua, apakah iya, apa yang kita makan adalah hasil kecurangan” .  Kebetulan waktu itu saya dekat juga dengan anak anak Rohis yang selalu menhjarkan kejujuran kepada kita,. hal ini mebuat saya semakin miris, ketika ternyata saudara saudara kita di salah satu daerah di Jawa timur, begitu egois mempertahankan kecurangan yang terjadi di salah satu SD nya.

Saya pikir masyarakat justru akan tenang andaikan, pemimpin bangsa kita, mau turun langsung ke keluarga Siami dan menjelaskan kepada masyarakat. Ingatan saya mengalir ke beberapa tahun sebelumnya dimana para pemimpin bangsa mau mengunjungi salah satu masyarakatnya. Kaus yang menimpa prita karena disudutkan salah satu RS yang justru merugikannya.

Cukup dengan kunjungan pak sby, atau pak bud, atau pak marzuki, dengan menenangkan masyarakat dan membela keluarga Siami. Maka saya berharap masyarakat menjadi tenang dan kembali bisa bertetangga dengan keluarga Siami seperti sebelum masalah ini muncul. Semoga
Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar