Minggu, 04 Maret 2012

Karena Kita Bukan Makhluk Yang sendirian saja

Sosok itu selalu berkata, bukankah hidup akan sendiri sendiri saja, bahkan setiap pertanggungjawaban akan dipertanggungjawabkan secara personal masing masing. ” Mohon maaf ya, mungkin hanya sampai disini saja, biarkan toh mereka sudah dewasa, hingga mengetahui yang baik dan yang buruk”. Aku terpaku waktu itu mendengar suaranya, tak tahukah kau saudaraku bahwa kita diminta untuk ikut berperan serta menjaga saudara saudara kita dalam siksa api nerakaNya. Dan itu jelas tertulis di kalamNya.  Agar bersama sama memasuki pintu surgaNya. Indah bukan, hingga tak egois dengan diri sendiri, dengan kebaikan diri sendiri, tanpa mau melihat sekeliling yang pada dasarnya juga ingin bahagia bersama.


Temanku, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, aku tahu kesibukanmu pun karena beban yang luar biasa. Ratusan bahkan ribuan nyawa bergantung akan energi energi positifmu untuk mempertahankan agar periuk periuk mereka tetap hangat selalu. Aku jadi teringat sosok abdurahman bin auf, saudagar kaya raya, tetapi sempat membuat penduduk mekah berhenti berdetak, karena kaget akan suara gemuruh ribuan unta yang membawa seluruh hartanya untuk dibagikan. Abdurahman, tak pernah tertinggal sholat berjamaah di masjid, abdurahman tak pernah tertinggal kajian rasul, abdurahman tak pernah tertinggal untuk membuat sahabat sahabatnya dan keluarganya mengikuti sunahNya, abdurahman juga tak pernah tertinggal untuk sekedar makan bersama keluarganya, walaupun ribuan periuk yang menyebar di seluruh mekah dan madinah itu tetap menyala dan menjadi tanggung jawabnya. Lalu apa salah abdurahman, hingga dia mau mengorbankan semua hartanya, tak ada yang salah, suatu hari abdurahman mendapat kabar bahwa dia akan masuk surga dengan lambat, maka segeralah dia bertemu Rasul dan bertanya, mengapa, ternyata hartanyalah masalahnya, maka dia lebih memilih surga, diinfakanlah seluruh hartanya.  Karena abdurahman tahu, hidup ini begitu indah ketika kita harus sendirian saja menghadapi segala masalah.Dan Allah membalasnya dengan puluhan kali lipat, hingga tak pernah habis hartanya, ketika terus diinfakan dan semakin bertambah tambah. Karena abdurahman tahu, berbagi, bersama adalah hal yang terindah

Teman ayolah, napas takan selamanya menemani hari hari kita. Ada saatnya ketika, hembusan hembusan lembut di hidung itu pun akan pergi meninggalkan kita. Bekerja dan menjadi kaum yang berkualitas adalah hal utama, tetapi tidaklah akhirnya kita menganggap biasa hal hal yang dapat mendekatkan Hati kita padaNya. Tak cukup hanya dengan sholat saja, masih harus ada bacaan tilawah disetiap harinya, masih ada sunah yang harus menyertai wajibnya, masih ada kewajiban bermajelis untuk menambah perbendaraan pemahaman akan sebuah ilmu, masih ada manusi manusia di sekitar yang membutuhkan uluran tangan, walau hanya sekedar senyuman ataupun tempat berbagi.
 
Kita tak pernah tahu kapan waktu akan berhenti berdetak, hingga ketika waktu itu tiba kita tak termasuk golongan manusi yang merengek pada Sang Kuasa, untuk dikembalikan keawal masa penciptaanya, hingga bisa memperbaiki segala langkah yang salah arah. Mengetahui bagaimana nanti kita mati, berarti kita belajar tentang bagimana kita harus hidup.  Kita semua mempercayai bahwa kita semua akan mati, tetapi sedikit sekalai yang percaya bahwa kematian itu dekat sekali dengan kita. Kebanyakan kita hidup sepertiorang yang berjalan sambil tidur, kita tidak menghayati dunia dengan penuh, karena separuh kita terlelap, mengerjakan semua dan apa saja yang terpikir oleh kita, tanpa terpikir apa yang terpikir oleh selain kita.
Saudaraku, kita mempunyai satu mulut dan dua telingga, berarti satu  keinginan pribadi dan dua harapan orang lain atas kita.  Ayolah, karena kita bukanlah makhluk yang sendiri saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar