Sosok itu selalu berkata, bukankah hidup
akan sendiri sendiri saja, bahkan setiap pertanggungjawaban akan
dipertanggungjawabkan secara personal masing masing. ” Mohon maaf ya,
mungkin hanya sampai disini saja, biarkan toh mereka sudah dewasa,
hingga mengetahui yang baik dan yang buruk”. Aku terpaku waktu itu
mendengar suaranya, tak tahukah kau saudaraku bahwa kita diminta untuk
ikut berperan serta menjaga saudara saudara kita dalam siksa api
nerakaNya. Dan itu jelas tertulis di kalamNya. Agar bersama sama
memasuki pintu surgaNya. Indah bukan, hingga tak egois dengan diri
sendiri, dengan kebaikan diri sendiri, tanpa mau melihat sekeliling
yang pada dasarnya juga ingin bahagia bersama.
Temanku, pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial, aku tahu kesibukanmu pun karena beban yang luar biasa.
Ratusan bahkan ribuan nyawa bergantung akan energi energi positifmu
untuk mempertahankan agar periuk periuk mereka tetap hangat selalu. Aku
jadi teringat sosok abdurahman bin auf, saudagar kaya raya, tetapi
sempat membuat penduduk mekah berhenti berdetak, karena kaget akan suara
gemuruh ribuan unta yang membawa seluruh hartanya untuk dibagikan.
Abdurahman, tak pernah tertinggal sholat berjamaah di masjid, abdurahman
tak pernah tertinggal kajian rasul, abdurahman tak pernah tertinggal
untuk membuat sahabat sahabatnya dan keluarganya mengikuti sunahNya,
abdurahman juga tak pernah tertinggal untuk sekedar makan bersama
keluarganya, walaupun ribuan periuk yang menyebar di seluruh mekah dan
madinah itu tetap menyala dan menjadi tanggung jawabnya. Lalu apa salah
abdurahman, hingga dia mau mengorbankan semua hartanya, tak ada yang
salah, suatu hari abdurahman mendapat kabar bahwa dia akan masuk surga
dengan lambat, maka segeralah dia bertemu Rasul dan bertanya, mengapa,
ternyata hartanyalah masalahnya, maka dia lebih memilih surga,
diinfakanlah seluruh hartanya. Karena abdurahman tahu, hidup ini begitu
indah ketika kita harus sendirian saja menghadapi segala masalah.Dan
Allah membalasnya dengan puluhan kali lipat, hingga tak pernah habis
hartanya, ketika terus diinfakan dan semakin bertambah tambah. Karena
abdurahman tahu, berbagi, bersama adalah hal yang terindah
Teman ayolah, napas takan selamanya
menemani hari hari kita. Ada saatnya ketika, hembusan hembusan lembut
di hidung itu pun akan pergi meninggalkan kita. Bekerja dan menjadi
kaum yang berkualitas adalah hal utama, tetapi tidaklah akhirnya kita
menganggap biasa hal hal yang dapat mendekatkan Hati kita padaNya. Tak
cukup hanya dengan sholat saja, masih harus ada bacaan tilawah disetiap
harinya, masih ada sunah yang harus menyertai wajibnya, masih ada
kewajiban bermajelis untuk menambah perbendaraan pemahaman akan sebuah
ilmu, masih ada manusi manusia di sekitar yang membutuhkan uluran
tangan, walau hanya sekedar senyuman ataupun tempat berbagi.
Kita tak pernah tahu kapan waktu akan
berhenti berdetak, hingga ketika waktu itu tiba kita tak termasuk
golongan manusi yang merengek pada Sang Kuasa, untuk dikembalikan
keawal masa penciptaanya, hingga bisa memperbaiki segala langkah yang
salah arah. Mengetahui bagaimana nanti kita mati, berarti kita belajar
tentang bagimana kita harus hidup. Kita semua mempercayai bahwa kita
semua akan mati, tetapi sedikit sekalai yang percaya bahwa kematian itu
dekat sekali dengan kita. Kebanyakan kita hidup sepertiorang yang
berjalan sambil tidur, kita tidak menghayati dunia dengan penuh, karena
separuh kita terlelap, mengerjakan semua dan apa saja yang terpikir oleh
kita, tanpa terpikir apa yang terpikir oleh selain kita.
Saudaraku, kita mempunyai satu mulut dan
dua telingga, berarti satu keinginan pribadi dan dua harapan orang
lain atas kita. Ayolah, karena kita bukanlah makhluk yang sendiri saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar