Hari ini aku pulang ijin dari kantor lebih cepat dari biasanya. Setelah
sholat ashar, aku segera membereskan barang barangku dan memasukannya ke
dalam tas. Setelah mengecek tidak ada yang ketinggalan, maka segera
kupamit pada admin untuk pulang duluan, tepatnya pukul 15.30 WIB, karena
jam pulang kami adalah 16.30. Rencana aku mau mengambil kado yang
seminggu lalu kubeli di Mall Ciputra untuk pernikahan temanku Nila.
Karena harus kesanalah akhirnya aku memutuskan naik angkot merah, tidak
bis seperti biasanya. Cuaca yang masih panas menyengat akhirnya
menyebabkan ku tidak berlama lama, kulambaikan tangan begitu angkot
merah yang kumaksud lewat walaupun isinya terliat kosong.
Aku duduk di sebelah pintu keluar, sehingga mudah jika turun nanti
pikirku. Tepat di belakang supir kulihat seorang anak kecil perempuan
sekitar berumur 10 tahun, melipat lipat uang lima ribuan dengan resah.
Rambutnya panjang, dan bajunya pun rapi. Pikirku waktu itu, wah anak
kecil sekarang berani berani kemana mana sendirian. Lalu kulirik dia dan
kuperhatikan, ternyata matanya memerah seperti habis menangis dan di
sebelah hidungnya terliat jelas bekas air mata yang mengalir. akhirnya
karena kasian kusapa anak kecil itu
“Adik mau kemana?
Dianya hanya diam, lalu kusapa lagi,
“Mau kemana adik?
Akhirnya dia menjawab, “Gayamsari”
“Sendirian? rumahnya mana?” kutanya lagi anak kecil itu
“Tidak tahu” jawabnya,
“Lho kok tidak tahu, lha tadi dari mana? Adik menangis?”, kutanya lagi,
bukan jawaban yang kudapat tapi malah tangisan yang keluar dari
mulutnya. Maka sekali lagi kutanya; “Mengapa menangis sayang?, dimarahin
sama bapak? ” dia menggeleng, “sama ibu ” jawabnya lirih.
Akhirnya aku berhenti bertanya, membiarkan dia untuk bernapas sebentar.
setelah agak tenang kutanya lagi, “Lah sekarang mau kemana?”, tanyaku
sambil berpindah kesebelah tempat duduknya
“ke rumah simbah, di gayam”, jawabnya
lalu kutanyakan pada dia, dimna alamat rumahnya, dia kembali menjawab
tidak tahu. Waktu itu aku segera melirik supir yang ada di depanku,
pikiranku sudah bermacam macam, akhirnya sang sopir bilang “Iya mbak itu
anak hilang, ini mau saya antar” kata pak sopir. Aku pun akhirnya
bertanya pada pak sopir darimna anak kecil itu naik, pak sopir menjawab,
“tidak tahu, saya baru tahu kalau mbaknya masuk eh ada anak kecil
disitu”. jawaban yang membuatku jadi makin curiga. Akhirnya kutanyakan
kepada anak kecil itu dimna sekolahnya, karena ketika kutanya no telepon
dan alamat rumah dia sama sekali tidak tahu. Dari sekolahnya itulah
kutelepon temanku memastikan daerah mana yang dimaksud. Anak kecil itu
mengatakan kalau dia sekolah di SD Beruang, dan kata temanku itu di
daerah pedurungan, jauh sekali dari tempat yang tadi kunaiki.
Penumpang yang baru saja masuk malah bilang ke pak sopir dan menyarankan
untuk menitipkan anak tersebut dan diturunkan di temapat mana yang
dimaksud anak kecil tersebut, aku malah ketakutan teringat kasus angkot
yang terjadi di jakarta. Malah pak sopirnya akhirnya bilang ” Iya itu
mbak, tadi dah ikut saya dua putaran, makanya mau saya turunkan di gayam
“, hadeuhhh aku makin curiga sama pak sopir, tadi katanya dia ndak tahu
kalau ada anak kecil itu sekarang bilang sudah ikut dua putaran. Maka
segera kubilang, “udah pak biar saya antar saja nanti, lagian kan pak
sopir harus kerja, iya kan dik ndak papa” kataku sambil memegang pundak
anak kecil tersebut. Semula anak kecil itu menolak, lalu kubujuk, bahwa
bahaya di jalan sendirian dana sebagainya. akhirnya adik kecil itu mau
juga. Dan aku pun lega, sambil kulirik wajah pak sopir.
Sebelum mengantar ke rumah neneknya kami mampir dulu ke mall ciputra,
untuk mengambil handuk kado untuk temanku. Lalu kubelikan dia roti boy.
Awalnya kami mau naik taksi, tetapi aku pun tidak tahu daerah yang
dimaksud anak kecil itu, akhirnya kutanyakan apakah dilewati angkot, dan
dia menajwab iya, turun di terowongan gayamsari. Dan aku yang sudah
selama sepuluh tahun tinggal di semarang tetap saja tidak mengetahuinya,
akhirnya kuputuskan naik angkot, daripada naik taksi nanti malah muter
muter. Di angkot aku berpesan pada pak supir untuk diturunkan di
terowongan gayamsari. Lalu setelah itu aku bertanya pada ibu ibu yang
baru masuk, dimana letaknya, alhamdulillah ibu ibu tersebut akan
menunjukan jalannya, karena turunnya lebih jauh daripada kita.
Selama perjalanan itu kuajak adiknya ngobrol, sambil mengatakan, kalau
bapak ibu marah itu tanda sayang, biar dia tidak salah terus, biar
pintar. Dan akhirnya anak kecil yang bernama Anisa ini bercerita kalau
dia dimarahin karena lupa menabung uang dua ribu yang diberikan ibunya
untuk di tabung. aku jadi berpikir bagaimna cara ibunya marah, hingga
Nisa menjadi shock begini dan akhirnya kabur dari rumah. Para orang tua
kadang terlalu memaksakan anaknya untuk berpikir sama dewasanya dengan
mereka, bahwa anak kecil itu harusnya bisa mengikuti alur pikir mereka.
Bukankah para orang tua pernah kecil, dan merasakan bagaimna kecil.
Bukankah memang anak kecil itu belum bisa berpikir dewasa dan mengerti
apa yang orang dewasa inginkan. Bagaimna jika tadi Nisa bertemu orang
jahat, yang akhirnya malah membawanya kabur, atau bertemu pedofilia,
hadeuhhh aku saja samapai ngeri membayangkannya.
Para orang tua kadang begitu ingin mendapatkan anak, bahagia luar biasa
ketika mendapati dirinya hamil atau melahirkan. Tetapi kadang lupa
ketika titipan Tuhan ini melakukan kenakalan kenakalan kecil. Tidak
tahukah para orang tua di luar sana banyak sekali yang menunggu
kehadiran anak di keluarganya, sedang mereka malah melupakan nikmat yang
diberikan Tuhan berupa perpanjangan garis keturunan ini dengan mengatai
ngatai dan menyumpahinya. Berhati hatilah orang tua, terutama ibu,
karena kata katamu adalah doa bagi anakmu dalam keadaan kau sadar
ataupun tidak.
akhirnya setelah 35 menit, kami pun sampai di tempat tujuan, dari situ
kami harus jalan sekitar 15 menit. Dan sampai di rumah neneknya,
kujumpai nenek yang sudah sangat renta. Lalu malah menghardik Nisa
mengapa kabur dari rumah, segera kupegang tangan sang nenek dan sambil
tersenyum kubilang untuk tidak memerahinya. Aku paham ternyata sang
nenek kebingungan untuk memberikan ongkos padaku , karena dia tidak
punya uang. Lalu kujelaskan, untuk tidak usah repot repot, dan pamit
untuk pulang sambil berpesan agar tidak memarahi sang cucu.
Memang kadang kemiskinan justru akan lebih mendekati kekufuran, maka
imanlah yang harus dipertebal , sehingga segala ujian yang datang bukan
malah menambah kemarahan, justru malah menambah kesabaran. Untuk seluruh
orang tua, jagalah nilamat Tuhan yang tiada terkira ini, jika kau sia
sia, bisa jadi Tuhan akan mengambilnya, maka sesal di akhir tentu tidak
akan berguna lagi……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar