Langkah langkah kakimu tak pernah menyakitiku
Dari sepatu tanpa hak sampai bertumit tinggi yang kadang mengkoyak tubuhku
Tapi aku tak pernah marah denganmu
dan membuatmu terjatuh dengan sengaja
Bahkan ketika telapak telapakmu, membunuh teman temanku
Aku masih diam, tak bergerak
Tetap membisu dan mempersilahkan mu
Untuk terus berjalan dengan aktivitasmu
Atau tatkala kau tutupi seluruh tubuhku, hingga aku susah bernapas
Aku masih diam, mencari cari sela udara yang tersisa
Atau sekedar mencari air untuk dapat kutampung dan kuberikan untukmu
Tatkala kekeringan datang
Ketika tanganmu yang tak tahu malu menjejaliku dengan yang tak kusuka
Aku juga masih diam
Bahkan aku terus berusah mencerna, agar barang itu tak malah merugikanmu
Tapi liatlah
Sepertinya memang kau tak pernah mempunyai apa itu rasa
Dengan sikap diamku
Kau justru makin semena mena , kentara dan tak kentara
Kau bunuh semua sahabatku yang menaungiku dari ganasnya sinar matahari
Kau racuni teman beningku hingga tak lagi mampu menolongmu
Kau tutup semua lubang pernapasanku, hingga tak lagi aku bisa menapung pemberianNya
Ketika Tuhan perintahkanku untuk memperingatimu
Dengan luapan tangisanku, kau diam saja, dan bergerak hanya menambal tangisku
Ketika Tuhan perintahkanku untuk menegurmu
Dengan gelengan kepalaku, maka justru memberi inovasi padamu, bagaimana agar kepalaku tak lagi bergerak
Sungguh aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu
Mungkin ketika nanti Tuhan memintaku untuk memuntahkan semua yang ada diperutku
Menggerakan seluruh badanku
Kau baru akan tersadar
Bagaimana tanganmu begitu menyakitiku
“save our earth”
Dari sepatu tanpa hak sampai bertumit tinggi yang kadang mengkoyak tubuhku
Tapi aku tak pernah marah denganmu
dan membuatmu terjatuh dengan sengaja
Bahkan ketika telapak telapakmu, membunuh teman temanku
Aku masih diam, tak bergerak
Tetap membisu dan mempersilahkan mu
Untuk terus berjalan dengan aktivitasmu
Atau tatkala kau tutupi seluruh tubuhku, hingga aku susah bernapas
Aku masih diam, mencari cari sela udara yang tersisa
Atau sekedar mencari air untuk dapat kutampung dan kuberikan untukmu
Tatkala kekeringan datang
Ketika tanganmu yang tak tahu malu menjejaliku dengan yang tak kusuka
Aku juga masih diam
Bahkan aku terus berusah mencerna, agar barang itu tak malah merugikanmu
Tapi liatlah
Sepertinya memang kau tak pernah mempunyai apa itu rasa
Dengan sikap diamku
Kau justru makin semena mena , kentara dan tak kentara
Kau bunuh semua sahabatku yang menaungiku dari ganasnya sinar matahari
Kau racuni teman beningku hingga tak lagi mampu menolongmu
Kau tutup semua lubang pernapasanku, hingga tak lagi aku bisa menapung pemberianNya
Ketika Tuhan perintahkanku untuk memperingatimu
Dengan luapan tangisanku, kau diam saja, dan bergerak hanya menambal tangisku
Ketika Tuhan perintahkanku untuk menegurmu
Dengan gelengan kepalaku, maka justru memberi inovasi padamu, bagaimana agar kepalaku tak lagi bergerak
Sungguh aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu
Mungkin ketika nanti Tuhan memintaku untuk memuntahkan semua yang ada diperutku
Menggerakan seluruh badanku
Kau baru akan tersadar
Bagaimana tanganmu begitu menyakitiku
“save our earth”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar